Selasa, 30 Oktober 2012

Sejarah EYD

Sejarah terbentuknya EYD
Sebelum tahun 1900, ejaan yang dipergunakan untuk bahasa Melayu bermacam-macam. Ada ejaan Klinkert, ada ejaan Van de Wall dan lain-lain. Pada tahun 1900 kepada Ophuysen ditugaskan oleh Pemerintah Belanda menyusun ejaan untuk bahasa Melayu. Ophuysen setelah mengadakan penelitian ke daerah – daerah yang berbahasa Melayu antara lain ke Riau, Sumatera Timur, Kalimantan Barat, dll. Iapun menyusun ejaan bahasa Melayu dengan dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Setelah tugas menyusun itu selesai, maka pemerintah Belanda mengumumkan berlakunya ejaan Ophuysen tahun 1901 untuk bahasa Melayu secara Resmi.

Semenjak tahun itu, sampai tahun 1947, berlaku ejaan Ophuysen. Barulah di bulan Maret 1947, pada waktu Mr. Soewandi menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan berlaku ejaan Soewandi dengan Surat Keputusannya bertanggal 19 Maret 1947 No.264/ Bhg. A. Semenjak saat itu ejaan tersebut bernama ejaan Republik Indonesia dan ejaan bahasa Indonesia, bukan lagi ejaan bahasa Melayu.

Semenjak ejaan Republik yang ditetapkan di Yogyakarta sampai dengan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, persoalan ejaan tetap jadi salah satu topic pembicaraan, yang terus mendapat perhatian dari kalangan ahli bahasa di Indonesia. Sebab sudah lama terasa ada hal-hal yang perlu disempurnakan demi menampung perkembangan dan penyempurnaan bahasa Indonesia.

Semenjak Kongres di Medan itu, ditetapkanlah suatu panitia Pryono Katoppo untuk merumuskan patokan-patokan baru tentang ejaan bahasa Indonesia. Tetapi panitia ini tidak berhasil merumuskan ejaan baru tersebut.

Pada tahun 1959 diadakan perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, dengan salah satu usaha mempersamakan ejaan kedua negara itu. Pada waktu itu perutusan Indonesia dipimpin oleh Prof. Dr. Slametmulyana dan dari Persekutuan Tanah Melayu dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismail, yang menghasilkan konsep ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).

Perkembangan politik selama konfrontasi dengan Malaysia kemudian menggugurkan konsep ejaan Melindo ini.

Dengan munculnya Orde Baru, maka perhatian kepada persoalan bahasa dan penyempurnaannya bangkit kembali, terutama oleh usaha Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang tahun 1968 bernama Lembaga Bahasa Nasional yang kemudian menjadi pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa hingga sekarang. Atas usaha dan dorongan badan inilah program pembakuan bahasa Indonesia di segala bidang makin digalakkan. Disusunlah konsep ejaan secara menyeluruh dan setelah melalui berbagai diskusi, seminar, dan loka karya, di Indonesia dan pertemuan beberapa kali dengan perutusan Malaysia dengan perutusan Indonesia maka keluarlah Surat Keputusan Menteri P dan K tanggal 20 Mei 1972 no.03/A.I/ 72, yang pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun itu diresmikanlah pemakaian ejaan baru tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Contoh EYD
A. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
a) Dia tertidur saat pelajaran matematika
b) Jangan merokok disembarang tempat
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
a) ”Mungkin kita harus ke sekolah besok,”, ujar agung
b) ”Sekarang, murid bebas memilih sekolah,” kata kepala dinas pendidikan
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
a) Allah adalah tuhan bagi seluruh umat islam dimana pun
b) Alquran adalah kitab bagi seluruh umat islam dimana pun
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
a) Haji mansyur akan mengajarkan mengaji pada anak-anak
b) Nabi muhammad adalah nabi terakhir menurut ajaran islam
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang
c) hari ini pak agus akan pergi naik Haji
d) dia adalah seorang Jendral
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
a) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan perg ke luar negri
b) Gubernur Jawa Barat sekarang adalah
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat
a) para Mentri baru saja di lantik oleh Presiden
b) para guru harus bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
a) Indonesia adalah negaraku tercinta
b) Brasil memiliki pemain sepakbola yang handal
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
a) Cristiano Ronaldo adalah pemain terbaik dunia 2008
b) Rikardo kaka adalah pemain sepakbola terhebat yang pernah ada
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang yang digunakan sebagai nama jenis satuan ukuran.
a). listrik itu mempunyai arus sebesar 10 Ampere
b) lampu itu memiliki penerangan sebesar 15 Watt
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
c) Indonesia adalah negaraku tercinta
d) Brasil memiliki pemain sepakbola yang handal
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
a) laki-laki itu berbicara keInggris-ingrisan
b) anak itu keturunan Arab
8 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
a). Proklamasi Kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 agustus 1945
b). Perang Dunia terjadi sampai tiga kali
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama
a). tanggal 17 agustus 1945 adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
b). tiga kali adalah jumlah terjadinya Perang Dunia
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
a). Danau Toba adalah salah satu tempat wisata yang ada di Indonesia
b). Banyuwangi adalah salah satu kota yang mempunyai sejarah unik
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
a). Kapal laut itu menyeberangi Selat Sunda
b). Kapal laut itu melewati Samudera Pasifik
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan
a). Republik Indonesia merupakan negara kepulauan
b). Keputusan Presiden Republik Indonesia tidak bisa di ganggu gugat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi
a). kerja sama antara Pemerintah dan Rakyat tidak berjalan dengan baik
b). negara harus mempunyai beberapa Badan Hukum
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
a). Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial mendapatkan donatur
b). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia telah disahkan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
a). Ayat-Ayat Cinta salah satu film islam yang sangat bagus
b). Laskar Pelangi salah satu film yang menceritakan tentang pendidikan
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
a). Dr ani adalah dokter spesialis gigi
b). Prof dian iskandar akan melakukan penelitian
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
a). Adik sedang bertanya pada pak guru?
b). Saudara telah melakukanpekerjaan dengan baik
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan
a). kita harus patuh kepada Bapak dan Ibu kita sendiri
b). buku Kakak sudah saya kembalikan
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
a) Anda saya terima jadi pegawai
b) Anda terpilih menjadi pemenang lomba puisi
1. B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
a). Dia adalah agen surat kabar Republika
b). Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sangat bagus
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, kelompok kata.
a). Huruf ketujuh kata abad ialah h
b). Bab ini tidak menjelaskan tentang nama ilmiah tumbuhan dan hewan
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
a). Nama ilmiah bunga bangkai ialah Raflesia sp
b). Nama ilmiah dari hewan gajah ialah Elephan indica
PENULISAN KATA
1. A. Kata Dasar
1. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
a). Buku itu sangat mendidi
1. B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya
a). Pabrik itu dikelola dengan baik
1. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
a). Buatlah kalimat dengan bertepuk tangan
1. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
a). Pesulap itu dapat meilipatgandakan uang
1. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
a). banyak mahasiswa yang berdemo didepan gedung DPR
Catatan:
1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
a) Banyak warga afrika yang pan-Afrikanisme
2 Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
a). semoga doa kita dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
1. C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
a). warna sayap kupu-kupu itu sangat unik
1. D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
a). Ayah erik sedang dirawat di rumah sakit umum
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubunguntuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
a). Erik membeli buku sejarah-baru
3.Gabungan kata berikut ditulis serangkai
a). Erik mendapat beasiswa ke Pranc
1. E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluin
a) Catatanku, catatanmu, dan catatannya tersimpan dengan rapih.
1. F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kacuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
a). Ayah berangkat ke kantor
1. G. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
a) Harimau itu marah sekali kepada sang kan.
1. H. Partikel
1.Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
a) Jakarta adalah ibukota Republik Indonesi
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
a) Jika kaka pergi, adik pun ingin perg
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
a) Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi
3 Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
a) Harga buah itu Rp1.000,00 per gram
1. I. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
• Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
a) Dr ani adalah dokter spesialis gig
• Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
a) Banyak yang berdemonstrasi didepan gedung DP
• Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik
a) Erik membeli buah, sayuran, dll.
• Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
a) Na mempunyai no atom 11.
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a) Setiap pengemudi kendaraan harus mempunyai SIM
3 Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital
a) Akabri singkatan dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
4 Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
a) Setiap 5 tahun sekali pemilu diadakan di Indonesia
Catatan
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
1. J. Angka dan Lambang Bilangan
1.Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi
a) 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 merupakan angka arab
2.Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
a) Erik membeli buah jeruk sebanyak 2 kilogram
3.Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
a) Erik tinggal di Jalan Tanah Abang I No. 15
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
a) Erik sedang mengaji Surah Yasin: 9
1. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
2. Bilangan utuh
Pemain bola itu menggunakan nomor punggung 23
1. Bilangan pecahan
Erik membeli buah sebanyak setengah kilogram
6 Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut
a) Dalam bab ke-2 buku itu menceritakan isi kejadian
7 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
a) Erik mempunyai uang 5000-an baru
8 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
a) Erik menonton drama itu sampai tiga kali
9 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
a) Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
10 Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
a) Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 100 juta orang.
11 Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
a) Kantor itu mempunyai lima puluh orang pegawai
12 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat
a) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp55.500,00 (lima puluh lima ribu lima ratus rupiah).
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
a)Aku kuliah di Bekasi.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jendral Agraria
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Aku pulang kuliah pada pukul 7.55.20 (pukul 7 lewat 55 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
Pelari itu menempuh waktu 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 200.675 orang.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Erik lahir pada tahun 1990 di Bandung.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
• Erik membeli buku, pena, dan penggaris.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
• Erik bukan anak saya, melainkan anak Pak Iron.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
• Kalau hari hujan, erik tidak akan datang.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
• Erik tidak akan datang kalau hari ini hujan.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
• … Oleh karena itu, kita harus berhati
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
• Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
• Kata Ibu, “Erik gembira sekali”.
7. Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
• Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
• Alisja Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
• W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
• B. Ratulangi, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
Misalnya
• Guru saya, Pak Adi, pandai sekali.
.
13. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Agus
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; tapi tugasku belum selesai.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah sibuk bekerja di kantor; ibu sibuk mengrus tanamannya.
D. Tanda Titik Dua (:)
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
• Sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
Misalnya:
• Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua
Sekretaris
Bendahara :
:
: Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan
b. Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu :
:
:
: Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

4. Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
E. Tanda Hubung (–)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ….
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
• anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
• hewan itu ber-evolusi
• hewan itu be-revolusi
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
• Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
• Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ’sampai ke’ atau ’sampai dengan’.
Misalnya:
• Ia berangkat menuju Jakarta—Bandung
G. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
• Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
• Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Misalnya:
• Kapan ia berangkat?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
• Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?)
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
• Bersihkan kamar itu sekarang juga!
J. Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
• Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
• Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
• Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
• Sana Raja men[d]engar suara yang menyeramkan.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
• Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda Petik (”…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
• “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
• Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
• Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
• Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
M. Tanda Petik Tunggal (’…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
• Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
• feed-back ‘balikan’
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (’)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali ‘kan kusurati. (’kan = akan)


0 komentar:

 
;